Dear Allah,
Pada pagi yang bermentari, seakan tersenyum riang adalah juanya untuk mahluk hidup di muka bumimu. Unggas pun bernada layaknya kotak-kotak serdadu yang bergesekan.
Namun, hatiku kembali bersulam pilu. Mendung seakan meluapi diri.
Tegarkan batinku yang rentan ini, Allah sayang.
Allah sayang, jangan biarkan selalu gemuruh sesak sesaat yang berbicara menguasaiku.
Aku menyayangi setiap insan yang kau hadirkan dalam hidupku. Aku tempa segala inginku hanya untuk kebahagian siapapun yang menginginkan kebahagian.
Allah sayang, jika aku memang ditakdirkan memiliki sistem robot didalam kehidupanku ini, satu pintaku, jangan kau renggut ketulusan iman dalam hatiku. Hanya itu satu-satunya yang kupunya, untuk selalu bisa berkomunikasi denganmu.
Jika aku harus memanipulasi kebahagianku, aku bisa meluruhkannya, aku hidup di bumimu hanya untuk kau. Tak ada siapapun yang berhak melarangku untuk kau. Aku bahagia bersamamu, aku sangat bahagia. Bahkan jika, didunia ini tak ada siapapun juga yang bisa memasuki aku, hanya kau, yang bisa setia bersamaku.
Allah sayang, aku ingin selalu menebar bahagia untuk mahluk hidup yang lain, memberi pencerahan, tanpa tau siapa akan menemuimu terlebih dahulu.
Berikanlah yang terbaik untuk detik-detik dalam hari ini, jagalah mereka dalam cintamu, seperti aku yang menjaga cintaku hanya untukmu.
Regards,
Hamba kecilmu
Letter Love for Allah
Aku telah menemukannya, menjelajahi kata, memaknai bicara untuk diriku sendiri. Aku ingin selalu bisa mengirimkan surat cintaku pada Allah, agar jika ragaku tak lagi bisa meng-explore kata, surat cinta inilah yang akan menuntun mereka yang sulit menemukanku.
Total Tayangan Halaman
Kamis, 20 Maret 2014
Kamis, 14 November 2013
Kau Lupa Mengajariku
Kau Lupa Mengajariku
Hay (teman)
masalaluku. Someone special or else..
Kemana kamu selama ini? Baru muncul lagi, menyapaku dengan komenmu. Kamu berada disana namun sulit untuk
menjadi ‘satu’ lagi denganku. Hey (teman) masa laluku. Apakabarmu? Tentu baik
akan tetap baik dan selalu baik bukan tanpaku? Iya kamu hebat. Bahkan lebih
hebat dari petinju yang mengalahkan lawannya. Jika mereka harus babak belur.
Kau hanya cukup berbalik arah dan kau telah menjadi pemenang dalam ceritaku
ini...
Aku kini hanya
menerka-nerka. Aku bermain tebak-tebakan dengan takdir. Aku bercengkrama dengan
banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti atau akan terjadi nantinya.
Itu semua aku lakukan tanpa ada kamu disini, seperti dulu..
Berbalik arah. Apa
kamu ‘menangkap’ sesuatu dari dua kata itu? Tidak?
Ya! Begini. Kamu
yang dulunya hadir di hariku. Kamu yang mengajariku banyak hal dari ini itu dan
apa pun. Kamu yang membisikkan sugesti “KAMU BISA” ketika perasaanku berkata
“KAMU AKAN JATUH”. Kamu yang membuat satu hal memiliki 1000 makna. Kamu membuat
pandanganku “melebar” dari sisi yang berbeda. Kamu berbalik arah. Kini kamu
berbalik arah! Iya ke arah yang bukan lagi arah dimana aku berjalan. Arah
dimana antara aku-kamu akankah nantinya menjadi kita. Arah dimana 1000 Arti yang
kamu beri tadi musnah. Arah dimana sugesti tadi akan menjadi tak bermakna. Jika kamu
telah berbalik arah dan tak-pedulikan-aku. KAMU MENANG! KAMU PEMENANG!! Apakah membiarkan ku disini dengan teka-teki yang tak terpecahkan ini adalah kemenangan bagimu? :’)
Terkaanku bisa saja
benar. Terkaanku bisa saja salah. Mungkin kamu kembali mungkin juga kamu akan
selamanya pergi. Mungkin aku yang kembali bahagia. Atau kamu yang mungkin akan
selalu berhasil membuatku ‘sakit kepala’ memikirkan teka-teki tadi.. Mari ikut
aku sejenak. Mari masuk dalam dunia “masa lalu kita” (teman)...
Pertama.
Kesedihan kurasakan.
Kepiluan menerka. Semua seolah membuatku jatuh. Kamu dengan penuh kasih sayang
mengajariku arti kesabaran kamu beriku sejuta nasehat hingga sedih itu hilang.
Tapi kamu lupa! Lupa mengajariku untuk berhenti bersedih tanpa sejuta nasehatmu
itu. Hingga kini, kesedihanku makin bertumpuk.
Selanjutnya,
Air mata itu menetes
begitu derasnya. Isak tangisku semakin menjadi. Kamu bertingkah konyol. Kamu
berusaha hingga akhirnya aku tertawa lebih dari tangisku tadi. Tapi tak kah
kamu ingat? Kamu juga lupa! Lupa mengajariku bagaimana mengusap air mataku
sendiri tanpa ada kamu yang bertingkah konyol hanya untuk membuatku tertawa.
Hingga tawaku kini sulit seolah tersekat oleh kesedihan yang bertumpuk tadi.
Lalu...
Kamu lupa
mengajariku cara berjalan tanpa kamu disisiku.
Kamu lupa
mengajariku caranya melupakan masa lalu.
Kamu lupa
mengajariku cara untuk tidak bermain dengan bayangmu..
Kamu lupa
mengajariku cara agar aku bisa melepaskanmu disaat kamu disana..
Kamu juga lupa
mengajariku untuk tidak menunggu kabarmu.
Kamu juga tak pernah
mengajariku bagaimana berhenti menangis bila rindu denganmu.
Kamu tak pernah pula
mengajariku bagaimana untuk tidak berharap kedekatan jika kejauhan mulai
terasa.
Kamu lupa mengajariku
bagaimana mengerti sesuatu tanpa kamu menjelaskan.
Kamu lupa
mengajariku untuk tidak terus berkecimpung dengan hal yang tak pasti.
Kamu tak mengajariku
bagaimana tertawa sendiri tanpa ada ‘kita’ teman...
Kamu melupakan itu!
Padahal kini kamu tak lagi disini, Kamu dengan dunia barumu dan entahlah...
Siapa lagi yang mau
mengajariku ? Apakah jika ada yang mengari mereka juga akan melupakan “semua”
yang kutulis tadi? Iya? Jika memang iya.. Biarlah hanya kamu yang mengajariku
agar pertanyaanku tak semakin menjadi..
Kamu tak ajarkan itu
semua. Tidak...
Bagaimana bisa kamu
lupa mengajariku itu semua? Bagaimana bisa kamu lupa? :’(
Dulunya aku tak
pernah bertanya. Ku fikir dengan tidak mengajariku hidup tanpa kamu. Kamu akan
selalu disini. Ternyata tidak... Kamu hanya mengajariku berbagai hal yang harus
ku lakukan denganmu disekitarku, walau jarang kita berbicara langsung. Bukan tanpamu.... Harus selama apa aku menerka-nerka?
Mungkin...
Hingga Dia
‘bertindak’ mempertemukan atau membuat kita saling mengikhlaskan satu samalain..
Langganan:
Postingan (Atom)